BATAMUPDATE.COM, BATAM – Para petani di wilayah Rempang mulai terpengaruh dengan rencana penggusuran warga di Rempang, Kota Batam. Para petani ini juga terancam mengalami relokasi ladang serta ternak di kawasan tersebut.
Padahal, Batam bukan merupakan daerah penghasil bahan pangan. Selama ini, beberapa hektare lahan yang ada di Rempang menghasilkan hasil bumi yang dipasok untuk warga Batam. Beberapa hasil bumi yang ditanam di antaranya, kelapa, jagung, pisang, cabai, kacang-kacangan, buah naga, semangka, durian, jambu dan sayur-mayur.
Rencana relokasi ini dapat mengancam ketersediaan stok pangan lokal di Batam, sehingga harganya melonjak di pasaran. Dalam hal ini, pihak Bank Indonesia tidak menampik, ketersediaan suplai dan fluktuasi harga pangan berkorelasi terhadap inflasi.
“Secara tidak langsung akan memengaruhi inflasi, sebab suplai pangan di Kepri berkorelasi terhadap inflasi,” ujar Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Adidoyo Prakoso, Rabu (23/8/2023).
Meski demikian, ia mengungkapkan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sudah mendiskusikan kemungkinan tersebut dan berupaya melakukan mitigasi dengan kerja sama antardaerah.
Oleh karena Batam bukan daerah penghasil utama, maka selama ini kerja sama distribusi pangan dengan daerah-daerah lain sudah terjalin dan akan terus diperkuat. Dengan demikian ketersediaan stok dapat dijaga dan pilihan komoditas pangan menjadi bervariasi.
“Kami sudah mendiskusikan hal ini dengan daerah lain, itu salah satu usaha dari TPID untuk memitigasi lonjakan-lonjakan inflasi yang salah satunya diakibatkan oleh relokasi lahan pertanian,” ujar Adidoyo.
Namun, ia menambahkan, kondisi tingkat inflasi di Kepri masih tergolong rendah. Bahkan angkanya menjadi salah satu yang terendah secara nasional pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2023. Hal ini menunjukkan, langkah kerja sama antardaerah masih tergolong baik dan berharap kerjasama ini bisa dipertahankan ke depan. (*/man)