BATAMUPDATE.COM, BATAM – Berdasarkan data nasional, persentasi anak di Indonesia terpapar pornografi diperkirakan sudah ada ratusan juta jiwa.
Ragam konten film dipertontonkan di dunia maya, mulai dari konten tak mendidik, cuplikan film berbaur pornografi menjadi santapan visual dimasa kini.
“Ada 250 juta orang Indonesia yang menyaksikan tontonan siaran setiap hari. Dari jumlah itu, 72 persen mereka menonton di internet dibanding televisi,” ujar ketua komisi III Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia, Naswardi.
Survei kami, lanjut dia 72 persen masyarakat menonton di internet dibanding televisi. Menonton di internet, masyarakat lebih dominan lewat aplikasi medsos
“Akses tontonan anak itu paling banyak lewat internet, medsos. Dan standar yang ditonton anak-anak tidak sesuai klasifikasi usia. Ada sebanyak 55 persen jumlah anak dari data penduduk sudah terpapar konten pornografi,” bebernya.
Berkaitan dengan konten yang berbasis internet, kata dia pengawasan LSF belum dapat dilakukan secara maksimal.
“Kami belum secara eksplisit mengaturnya. Sehingga ada peluang di konten internet. Namun untuk konten, film yang disiarkan di televisi dan bioskop kami pastikan semuanya sudah lulus sensor,” tuturnya.
Diakuinya, saat ini LSF baru fokus dalam melakukan pengawasan sensor film di televisi dan bioskop. Sementara untuk konten digital Cyber, LSF baru mulai melakukan pengawasan, persentasinya pun baru 4 persen.
“Jaringan informatika ini yang masih minim upaya kita mengawasi. Yang bisa kita awasi baru 4 persen,” katanya.
Bahkan diakuinya, LSF telah melakukan penyensoran terhadap 40 ribu judul film yang tidak memenuhi standar layak siar di televisi dan bioskop.
Maka untuk itu, sambung dia Peningkatan literasi tontonan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, literasi tontonan sehat, dibutuhkan peranan orang tua untuk dapat mengawasi penggunaan smartphone anak.
Ia pun menyarankan agar orang tua menjalankan pengawasan, mengecek Handphone anak secara berkala, cek konten dan pasang pariental guidentnya di Handphone. (Red)