Jakarta, CNN Indonesia —
Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan melakukan kampanye di tanah kelahirannya, di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (9/12).
Anies pun berbicara soal potensi dan masalah yang meliputi kawasan Gunung Ciremai.
Pembahasan masalah gunung tertinggi di Jabar itu terjadi saat Anies berbincang dengan kelompok aktivis lingkungan AKAR di Kecamatan Kramatmulya. Salah satu pembahasannya terkait ancaman kerusakan alam Gunung Ciremai saat sekitar lerengnya mulai bermunculan kawasan industri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kekhawatiran kami adalah saat sekitar Ciremai menjadi kawasan Industri, maka peluang terhadap kerusakan Ciremai akan tinggi. Di mana nanti akan bermunculan hotel, resto bahkan yang terbaru kami mendengar wacana akan dibangun jalan tol Cirebon-Ciamis melipir di kaki Gunung Ciremai,” ungkap pendiri AKAR Kuningan, Maman Supriatman kepada Anies.
Maman dan para aktivis lingkungan di Kabupaten Kuningan merasa khawatir jika nanti proyek tersebut benar terwujud, maka akan berdampak pada kelestarian Ciremai. Menurut dia, pembangunan jalan tol dan industri akan menyebabkan banyak sumber mata air yang terpotong belum lagi situs-situs budaya yang hingga saat ini masih terjaga sangat mungkin nantinya akan ikut tergerus.
“Atas kekhawatiran tersebut, kami ingin mengajak Pak Anies yang bertanah kelahiran di Kuningan untuk ikut menjaga Ciremai. Seandainya nanti Bapak terpilih menjadi Presiden nanti, kami meminta agar Ciremai tetap lestari seperti sekarang atau bahkan lebih baik,” ungkap Maman.
Aktivis lain dari AKAR, Amallo, juga menyampaikan kekhawatiran akan ancaman deforestrasi Ciremai yang semakin tampak di depan mata.
Salah satu yang sedang terjadi, kata Amallo, adalah adanya ambisi sejumlah kelompok orang yang ingin memanfaatkan Ciremai dari sisi ekonomi daripada ekologi.
“Perlu Pak Anies ketahui, saat ini Ciremai sedang diganggu oleh sekelompok orang yang berambisi untuk mencari keuntungan dari Ciremai melalui penyadapan getah pinus. Atas hal tersebut, kami berharap jika bapak terpilih nanti agar kegiatan penyadapan getah pinus ini bisa dihentikan. Biarlah Ciremai kita manfaatkan tanpa mengurangi kelestarian yang ada,” papar Amallo.s
Menanggapi persoalan Ciremai ini, Anies pun bercerita kenangan manis saat masa kecilnya dulu. Dia mengenang kala itu Kuningan masih sejuk dengan pemandangan alam yang indah dan hijaunya Gunung Ciremai.
“Ciremai itu memori masa kecil kita, yang juga ingin anak cucu kita punya memori yang sama tentang Ciremai. Dulu saya jalan dari Cipicung naik ke Cigugur, terus sampai ke Palutungan menikmati suasana yang penuh dengan kekayaan ekologi. Hari ini penuh dengan kekayaan ekonomi. Ekologinya hilang, diganti dengan ekonomi. Di sepanjang jalan banyak gedung yang membuat kita tidak lagi melihat keindahannya,” ujar pria kelahiran Kuningan pada 7 Mei 1969 itu.
Atas keresahan yang disampaikan aktivis lingkungan AKAR Kuningan tersebut, Anies mengatakan, ada empat hal yang bisa dilakukan.
Pertama adalah memanfaatkan potensi yang sudah ada agar ditingkatkan, kedua melakukan koreksi atas hal yang sudah dilakukan, ketiga menghentikan kegiatan yang dianggap merusak atau merugikan lalu yang keempat menciptakan hal baru yang belum dilakukan.
“Jadi perubahannya itu empat aspek. Ditingkatkan, dikoreksi, dihentikan dan hal baru yang belum ada. Kami ingin pendekatan itu, pendekatan kolaborasi,” ungkapnya.
Menurut Anies, upaya negara dalam mengelola ekosistem akan optimal jika bekerjasama dengan masyarakat sipil.
“Jadi Insya Allah, doakan agar amanat yang sedang dijalani bisa berjalan dengan baik, dan kalau Allah kehendaki, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kolaborasi,” imbuhnya.
Anies mengatakan dia bersyukur bisa hadir kembali ke tanah kelahirannya dan minum air lagi di Kuningan. Eks GubernurDKI Jakarta itu menginginkan kaum muda sebagai pemilik masa depan bangsa, agar dapat menentukan pilihannya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
“Perjuangan ini untuk masa depan keluarga-keluarga Indonesia yang lebih baik, yang lebih adil dan makmur,” ujarnya saat berorasi di depan ribuan anak muda di GOR Ewangga, Kuningan, Jawa Barat.
Keris Sunan Gunung Jati dan Keharmonisan di Cirebon
Sebelum naik gunung ke Kuningan, Anies melakukan rangkaian kegiatan di Cirebon pada Sabtu siang.
Salah satunya, dia berkunjung ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Di sana, Anies sempat menggenggam keris milik Sunan Gunung Jati saat datang ke keraton.
Dalam kunjungannya, Anies ditemani istrinya Fery Farhati bersama sejumlah tim pemenangan Jawa Barat seperti mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriyawan dan Maman Imanulhaq.
Pada kesempatan ini, Sultan Sepuh Kasultanan Kasepuhan XV, PRA Luqman Zulkaedin menyambut secara langsung kedatangan Anies Baswedan bertempat di ruangan Dalem Arum.
Dalam pertemuan itu, Sultan Sepuh menunjukkan satu keris yang merupakan keris peninggalan Sunan Gunung Jati kepada Anies Baswedan.
“Keris ini keris peninggalan Sunan Gunung Jati,” kata Luqman, “Keris ini simbol kepemimpinan dari Sunan Gunung Jati.”
Selanjutnya Anies menyapa ribuan massa di Alun-alun Sangkala Buana dalam kesempatan kampanyenya.
Kemudian Saat berkunjung ke Vihara Dewi Welas Asih yang telah ada sejak 1595 di Cirebon, Anies mengatakan keharmonisan masyarakat di Kota Udang itu dapat menjadi contoh bahwa perbedaan atau keberagaman itu bisa menjadi suatu modal untuk mewujudkan rasa persatuan.
“Kata kuncinya adalah Tunggal, bagaimana yang beragam itu menjadi satu kesatuan dan di sini kita menyaksikan betapa mereka semua menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kota Cirebon,” ujar Anies di vihara itu seperti dikutip dari Antara.
Menurutnya, vihara yang memiliki nama lain Klenteng Tiao Kak Sie itu menjadi saksi bagaimana warga komunitas keturunan Tionghoa dapat hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar. Anies mengatakan komunitas keturunan Tionghoa menjadi bagian dari pelengkap harmonisasi yang tidak bisa dilepaskan begitu saja dalam kerukunan umat beragama di Kota Cirebon.
“Kami mampir ke Klenteng Tiao Kak Sie di Cirebon yang dibangun 1595, sebuah vihara yang memiliki usia yang sangat panjang yang menggambarkan bahwa kehadiran komunitas Tionghoa di Kota Cirebon telah menjadi bagian dari kota ini,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Anies juga mengajak seluruh masyarakat untuk terus menjaga persatuan dan kesatuan sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, utamanya dalam menghadapi situasi pada pelaksanaan Pemilu 2024.
Baca berita lengkapnya di sini.
(tim/kid)