TEMPO.CO, Yogyakarta – Relawan Pro-Jokowi atau Projo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) disebut seniman Butet Kartaredjasa sedang pansos atau panjat sosial karena melaporkan aksi seni panggungnya ke polisi. Butet dipolisikan relawan Jokowi karena aksinya saat membacakan pantun menyindir Jokowi dengan frasa binatang saat kampanye capres Ganjar Pranowo di Kulon Progo 28 Januari 2024 lalu.
Relawan Projo Sebut Butet Kartaredjasa yang Pansos
Menanggapi tuduhan pansos yang dilontarkan Butet, Ketua Relawan Projo Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Aris Widhartanto merespon balik. “Padahal Mas Butet sendirilah yang sedang pansos dengan cara mengucapkan umpatan, menyebut nama binatang, yang ditujukan kepada Pak Jokowi,” kata Aris saat dikonfirmasi Tempo, Kamis, 1 Februari 2024.
Aksi Butet yang mengumpat saat kampanye Ganjar, kata Aris, seperti meniru metode penceramah dan akademisi yang sempat viral di media sosial belakangan ini. Ia tak menyebut siapa sosok dimaksud.
“Sebagai seniman besar, seharusnya Mas Butet bisa menerjemahkan program dan visi misi Ganjar Pranowo dan Mahfud MD dalam bentuk karya seni yang menarik dan mendidik di setiap kampanyenya,” kata Aris, “Bukannya malah menggunakan umpatan kepada Presiden.”
Pada saat kampanye politik, kata Aris, semua juru kampanye adalah representasi dari wajah para capres-cawapres yang didukungnya. Menurut dia, kata umpatan Butet justru merugikan Ganjar dan Mahfud. Kredibilitas Ganjar dan Mahfud bisa ternodai dengan kata umpatan tersebut.
Relawan Projo Khawatir Ditiru Anak-anak
“Kami juga mengkhawatirkan dampak yang lebih luas dari kata umpatan tersebut karena beredar luas di media sosial dan disaksikan oleh berbagai kalangan, bahkan anak-anak,” ujar dia.
Kalau kata umpatan itu dianggap sebagai sebuah kebiasaan dan kewajaran, ia melanjutkan, dapat mempengaruhi anak-anak untuk meniru umpatan itu. “Saya sendiri sebetulnya juga penikmat karya Mas Butet dan mendukung mas Butet untuk terus menghasilkan karya yang unik, menggelitik, tapi juga mendidik,” ujar Aris. “Sebagai seorang seniman, Mas Butet akan dikenal dan dikenang akan karya cipta nya. Jangan sampai hal tersebut tercemar karena kata umpatan yang tidak pada tempatnya,” kata Aris.
Iklan
Butet sebelumnya menyebut relawan Projo pansos lantaran menggunakan aksinya untuk lapor polisi dalam kampanye Ganjar di Kulon Progo. “Oh nggak papa (dilaporkan), karena Projo-nya sedang pansos. Panjat sosial dari pantun saya, boleh-boleh saja semua warga bangsa ini melakukan apapun karena itu dijamin undang-undang,” kata Butet.
Butet dalam aksi panggungnya sempat menyinggung adanya pihak yang dalam masa kampanye ini membuntuti pergerakan capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo. Kebetulan, saat Ganjar menghadiri kampanye di Kulon Progo itu, Jokowi juga berada di Yogyakarta. Butet lalu mengatakan bahwa yang kebiasaannya nginthil atau membuntuti adalah wedhus atau kambing.
Frasa Suog yang Dipersoalkan
Dalam pantunnya Butet juga membubuhkan frasa Suog dari kata Asu-og yang merujuk anjing saat menyebut aksi bagi bagi bantuan sosial sembako oleh Jokowi di masa kampanye. “Di sini keselamatan negara dijaga Megawati, di sana sembako wira wiri dibagi Jokowi. Padahal sembakonya itu milik kita, duit pajak rakyat, membangun negara, suog,” kata Butet dalam pantunnya saat itu.
Saat ditanya soal frasa Suog (merujuk umpatan asu atau anjing) yang kerap diucapkan Butet dalam berbagai kesempatan, menurut Butet itu hal biasa dalam relasinya kesehariannya. “Koe ngerti dewe (anda tahu sendiri), bagi saya, saya menyatakan ‘asuog’ itu bukan makian, itu suatu ekspresi personal saya atas berbagai hal,” kata dia.
“Misalnya saya mengagumi kepintaran orang, saya bilang ‘Wedyan, koe pintere asu tenan og (Gila, kamu pintarnya kebangetan),” ucap Butet menambahkan, “Kalau untuk orang cantik saya sebut ‘wasyu’ itu artiya cantik banget, jadi frasa ‘suog’ itu dalam konteks saya bagaimana kata itu diekspresikan,” ujarnya. “Tapi kalau saya bilangnya ‘Asu!’ Itu mengumpat, itu baru memaki, tapi kan saya tidak pernah, wong kalian saja sama saya juga begitu, apa kalian akan melaporkan ke Polda?” ujar dia.
Pilihan Editor: 4 Komentar Butet Kartaredjasa usai Dipolisikan: Putus Asa ke Jokowi hingga Singgung Kejatuhan Soeharto