Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Xi Jinping menambah anggaran belanja pertahanan China sampai 7,2 persen menjadi 1,67 triliun yuan (Rp3.656 triliun) pada 2024 menurut laporan anggaran Kementerian Keuangan yang rilis pada Selasa (5/3).
Anggaran belanja negara selama setahun ke depan ini dirilis saat rapat tahunan Kongres Rakyat Nasional China di Beijing yang berlangsung sepekan sejak Senin pekan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2023, anggaran pertahanan China sebesar 1,54 triliun yuan (Rp.3.387 triliun). Xi Jinping pun menambah anggaran perang China tersebut sampai 120 miliar yuan (Rp262 triliun) menjadi 1,67 triliun yuan (Rp3.656 triliun).
Anggaran militer resmi China berada di urutan kedua yang terbesar di dunia setelah Amerika Serikat. Namun, beberapa analis tidak resmi menunjukkan bahwa pengeluaran militer Beijing mungkin lebih besar daripada yang diklaim secara resmi oleh pemerintah.
Peningkatan anggaran militer ini berlangsung kala pertumbuhan ekonomi China melambat dalam beberapa tahun terakhir.
Perlambatan ekonomi dan jumlah pengangguran yang terus meningkat bahkan menjadi agenda utama pembahasan Kongres Rakyat Nasional tahun ini.
Sementara itu, dikutip media pemerintah China, Global Times, Negeri Tirai Bambu hampir setiap tahun meningkatkan anggaran pertahanannya. Pada 2022, anggaran pertahanan militer China meningkat 7,1 persen.
Di tahun 2021, anggaran juga naik 6,8% dan di 2020 biaya militer mengalami peningkatan sebesar 6,6% meski dalam kondisi pandemi Covid-19.
Global Times mencatat China mempertahankan peningkatan anggaran pertahanannya satu digit selama sembilan tahun berturut-turut sejak 2016.
Peningkatan anggaran pertahanan China ini pun dipastikan memicu perhatian sejumlah negara saingan seperti Amerika Serikat dan sekutu.
Sebab, belakangan, China semakin menunjukkan agresivitasnya dalam beberapa konflik seperti sengketa di Laut China Selatan hingga konflik dengan Taiwan.
Australia bahkan sampai berencana memberikan bantuan pertahanan kepada negara di Asia Tenggara sebesar US$41,8 juta atau Rp656 miliar selama empat tahun untuk keamanan di kawasan dalam menghadapi ancaman maritim China di Laut China Selatan.
“Kita menghadapi tindakan yang tak stabil, provokatif dan koersif termasuk tindakan tak aman di laut dan di udara,” kata Wong saat pidato di konferensi tingkat tinggi ASEAN-Australia di Melbourne pada Senin (4/3), dikutip Reuters.
Dia menambahkan jalur laut yang bebas dan terbuka di Laut China Selatan sangat penting bagi perdagangan di Asia-Pasifik.
(rds)