Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) jeblok dalam sepekan perdagangan atau 27-31 Mei 2024.
Harga saham BBRI turun 0,91% pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (31/5/2024), ditutup di level Rp4.340 per lembar. Harga saham BBRI juga ambrol 8,05% dalam sepekan.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan kenaikan harga saham 0,43% pada perdagangan akhir pekan ini, dan ditutup di level Rp5.900 per lembar. Namun, harga saham BMRI tetap melorot 2,48% dalam sepekan.
Harga BBCA juga naik pada penutupan perdagangan akhir pekan ini sebesar 2,78% ke level Rp9.250 per lembar. Namun, dalam sepekan, harga saham BBCA tetap turun 1,86%.
Selain itu, harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 2% ke level Rp4.400 pada penutupan perdagangan akhir pekan ini. Dalam sepekan, harga saham BBNI juga melorot 7,56%.
Alhasil, kinerja saham bank jumbo sepanjang tahun berjalan loyo. Harga saham BBRI turun 24,19% secara year to date (ytd). Lalu, harga saham BMRI turun 2,48% ytd, BBCA turun 1,6% ytd, dan BBNI turun 18,14% ytd.
Vice President Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan sektor perbankan memang menghadapi tantangan.
“Kenaikan suku bunga acuan dapat memperlambat penyaluran kredit dan ada kekhawatiran naiknya nonperforming loan [kredit bermasalah/NPL]. Pertumbuhan labanya juga bisa jadi tidak setinggi tahun lalu,” ujarnya kepada Bisnis pada Jumat (31/5/2024).
Bank Indonesia (BI) memang telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI Rate 25 basis poin (bps) dari level 6% ke level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kali sejak Oktober 2023.
Adapun, dalam RDG terbaru periode 21-22 Mei 2024, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 6,25%.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menilai saham perbankan mengalami koreksi seiring sentimen negatif di pasar, di antaranya terkait suku bunga acuan. Namun, prospek saham perbankan masih baik untuk jangka panjang.
“Akan tetapi, potensi valuasi di masa yang akan datang masih sangat baik,” ujarnya.
Adapun, berdasarkan riset Maybank Sekuritas Indonesia yang dirilis baru-baru ini, tercatat pada kuartal I/2024 kredit secara industri tetap kuat, tumbuh sebesar 12,4% secara tahunan (year on year/yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Namun, kami yakin pertumbuhan yang kuat ini akan melambat sepanjang tahun, dan memperkirakan pertumbuhan pinjaman sebesar 10% yoy pada 2024,,” tulis Analis Maybank Sekuritas Jeffrosenberg Chenlim dan Faiq Asad.
Selain itu, terdapat kekhawatiran adanya tekanan kompresi margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang berkelanjutan akibat likuiditas yang lebih ketat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google
News dan WA Channel