Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Gabungan Industri Aluminium Indonesia (Galunesia) menargetkan peningkatan kapasitas produksi aluminium nasional mencapai 2–3 juta ton dalam 5 tahun ke depan.
Ketua Umum Galunesia Oktavianus Tarigan mengatakan, pelaku usaha industri aluminium hingga kini masih fokus untuk memenuhi kebutuhan domestik yang mencapai 1,2 juta ton per tahun.
“Saat ini [kapasitas] diperkirakan sekitar 500.000 hingga 700.000 ton per tahun, diharapkan bisa terus meningkat 2–3 juta ton per tahun dalam 5 tahun mendatang,” kata Oktavianus kepada Bisnis, Kamis (13/3/2025).
Adapun, posisi kapasitas produksi aluminium primer Indonesia diperkirakan mencapai 500.000 — 700.000 ton per tahun. Artinya, untuk memenuhi kebutuhan nasional, industri masih harus mengimpor.
Bahkan, industri diketahui masih ketergantungan impor aluminium hingga 56% dari total kebutuhan dalam negeri yang mencapai 1,2 juta ton per tahun tersebut.
“Angka ini sangat jauh dari supply yang ada, maka dari itu, saat ini produksi aluminium masih memfokuskan untuk memenuhi kebutuhan aluminium nasional,” tuturnya.
Upaya menekan impor dilakukan dengan menambah kapasitas, salah satunya dengan kehadiran Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat.
Proyek SGAR yang dioperasikan oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) memiliki nilai investasi sebesar USD 831,5 juta. Saat ini, PT Inalum memiliki 60% saham BAI, sementara PT Antam Tbk memegang 40%.
Kapasitas produksi smelter ini direncanakan mencapai 1 juta ton alumina per tahun dan target produksi penuh diharapkan tercapai pada kuartal II/2025.
“Hilirisasi juga terus berjalan, di antaranya dari pabrik bauksit ke alumina sebagai bahan baku pabrik aluminium,” terangnya.
Dalam hal ini, dia menekankan, dukungan pemerintah dalam bentuk aturan yang pengembangan industri aluminium nasional sangat diperlukan seperti kerja sama dan sinergi rantai pasok dari hulu ke hilir.
“Sehingga pemberdayaan ekonomi/industri nasional bisa maksimal. Kemudian, juga mempermudah bahan baku, teknologi yang diperlukan untuk pengembangan industri, melakukan upaya-upaya efisiensi, diversifikasi dan lainnya,” pungkasnya.