RATUSAN mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) dan puluhan dosen menghidupkan kembali Pasar Seni yang sempat vakum 11 tahun. Dirancang sejak tahun lalu, acara legendaris yang dihelat perdana pada 1972 itu dijadwalkan berlangsung dua hari pada akhir pekan ini, 18-19 Oktober 2025 di area kampus ITB dan Sasana Budaya Ganesha atau Sabuga. “Kesiapan sekarang sudah 85 persen,” kata Ketua Pasar Seni ITB 2025 Kayla Davina Hafsah Ruslan kepada Tempo, Rabu 15 Oktober 2025.
Pilihan Editor: Lomba Kereta Peti Sabun Meriahkan Pasar Seni ITB di Bandung
Dari pantauan Tempo di kampus Seni Rupa ITB, puluhan mahasiswa bekerja menyiapkan berbagai properti artistik yang bentuk utuhnya belum terlihat. Mahasiswi tak canggung memotong lembaran kayu menggunaka gergaji mesin, sementara rekan lainnya memotong dan menjalin pola kain dengan batang logam., mengecat, memasang papan pada bingkai logam. Hingga Rabu malam sebagian bangunan instalasi telah dipasang menyebar di dalam kampus.
Pasar Seni ITB 2025 Libatkan 900 Mahasiswa
Konsep dan acara Pasar Seni ITB 2025 menurut Kayla, digalang dan digarap oleh mahasiswa yang merupakan Gen-Z serta dibahas bersama dosen. Gagasan bentuk acaranya berangkat dari permasalahan sekarang yang terkait dengan kondisi sosial, politik, lingkungan, hingga terhubung benang merahnya. “Isunya tentang manusia yang kini hidup di dunia nyata dan maya yang direspon lewat wahana dan bentuk artistik,” ujarnya. Simbol isu dunia nyata dan maya itu pun mereka tampilkan lewat sepasang maskot acara bernama Sela dan Giga.
Kerja besar menyiapkan acara itu menurut Ketua Bidang Manajemen Personalia Pasar Seni ITB Denisa Febriyanti Bagjana total melibatkan 900 orang mahasiswa lintas program studi dan angkatan dari 2021-2025 serta sekitar 20 orang dosen. Perekrutan relawan dilakukan secara bertahap, seperti mahasiswa baru yang dilibatkan baru-baru ini. “Sekitar 80 persen mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB,” katanya.
Keunikan Pasar Seni ITB
Ketua umum panitia yang juga dosen, Zusfa Roihan mengatakan, banyak perubahan dilakukan dari gelaran Pasar Seni ITB sebelumnya. Seperti dari paradigma melihat bagaimana bekerja terhadap medium untuk artistik dengan melibatkan pihak vendor. “Sebelumnya semua dikerjakan oleh mahasiswa,” kata dia yang pernah terlibat di Pasar Seni ITB 2010. Kemudian soal fenomena yang ditangkap dalam penggarapan acara dimana sebelumnya tampilan karya seni lebih condong dibuat dengan kolosal dan berskala besar.
Kemudian soal keunikan Pasar Seni ITB menurutnya bisa bergeser ke ide-ide baru dan berani yang muncul dari mahasiswa Gen-Z . Misalnya mendorong transaksi di lokasi secara non-tunai (cashless) dan perangkat tenda yang boleh dibawa pulang oleh peserta acara dengan semangat keberlanjutan dan mengurangi persoalan sampah. Selain itu panitia juga menggaet pihak ketiga dalam pemilahan sampah serta berkolaborasi dengan komunitas pengolah sampah organik. Pasar Seni ITB yang dirintis sejak 1972 telah beberapa kali digelar oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, antara lain secara berkala empat tahun sekali seperti pada 2006, 2010, dan 2014.
Pilihan Editor: Adicitra Ganesha ITB Gelar Pameran serta Lelang Ratusan Karya