Jakarta, CNN Indonesia —
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken kembali memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membatalkan rencana serbu Rafah di Jalur Gaza.
Blinken bertemu dengan Netanyahu di Tel Aviv pada sebuah kunjungan diplomatik, Jumat (22/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia bersikeras mendorong Netanyahu untuk melakukan “gencatan senjata yang berkelanjutan dan segera,” serta mencegah serangan Israel ke kota Rafah.
Ia menyampaikan hal tersebut di tengah upaya perundingan gencatan senjata dan pembebasan sandera di Doha, Qatar.
Blinken juga menyinggung resolusi Dewan keamanan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang disponsori AS untuk menyerukan “gencatan senjata segera”.
“Posisi kami, yang sangat jelas, adalah bahwa operasi militer besar-besaran di Rafah adalah sebuah kesalahan, sesuatu yang tidak kami dukung,” ujar Blinken seperti dikutip CNN.
“Tidak ada tempat bagi banyak warga sipil yang berkumpul di Rafah untuk menghindari bahaya. Dan bagi mereka yang masih tersisa, ini akan menjadi bencana kemanusiaan.” tambahnya.
Sebelumnya, hubungan antara AS dengan Israel semakin memburuk dalam beberapa pekan terakhir. Ini terlihat dari dorongan oleh politikus AS terus yang mendesak pemerintah untuk melakukan upaya pencegahan.
Seperti salah satu senator AS pro-Israel Chuck Schumer yang menyebut Netanyahu sebagai ancaman bagi Israel dan perdamaian di Timur Tengah.
“Sebagai pendukung Israel seumur hidup, jelas bagi saya: Koalisi Netanyahu tak sesuai dengan kebutuhan Israel terutama setelah 7 Oktober,” ucap Chuck, dikutip CNN.
Ia juga menilai bahwa kebijakan Israel dalam melancarkan agresi brutal yang berlangsung hari ini menggambarkan kapasitas pemerintahan Netanyahu.
Hingga kini, berbagai upaya tengah dilakukan komunitas internasional untuk mengecam dan mendorong gencatan senjata segera.
Terlebih, rencana Netanyahu yang tetap ingin menyerang Rafah yang menjadi salah satu benteng pertahanan warga Gaza terakhir. Itu menjadi suatu bayang-bayang kelam bagi warga Gaza di tengah Ramadan.
Per Rabu (20/3), sebanyak 31.819 warga Palestina tewas imbas agresi brutal Israel sejak 7 Oktober lalu. Terlebih, 70 persen korban tewas merupakan anak-anak dan perempuan.
(val/bac)