GRUP musik indie rock Reality Club siap mengguncang dunia musik dengan perilisan album keempat bertajuk Who Knows Where Life Will Take You pada Rabu, 27 Agustus 2025. Mereka menceritakan proses di balik pembuatan album ini yang berlangsung lintas negara dan berbeda dari karya mereka sebelumnya.
Pilihan Editor: Di Jakarta, Bernyanyi Bersama
Dari Bali ke Bangkok
Proses pembuatan album ini dimulai dengan workshop intens selama 10 hari di sebuah vila di Ubud, Bali. Setiap personel yang terdiri dari Fathia Izzati Nugi Wicaksono, Era Patigo Rizky, dan Faiz Novascotia Saripudin, diharuskan memaparkan ide lagu lengkap dengan moodboard layaknya startup pitch deck.
Setelah itu, mereka melanjutkan rekaman selama sebulan penuh di Bangkok dengan metode rekaman langsung atau live recording. Itu adalah pertama kalinya mereka memainkan semua instrumen secara bersamaan dalam satu ruangan yang membuat proses rekaman terasa lebih hidup dan berenergi.
“Di Bangkok kami sebulan dan sengaja milih studio yang bisa live recording dan ini pertama kalinya kami live tracking,” ujar Faiz dalam konferensi pers di Jakarta pada Kamis, 21 Agustus 2025. Rekaman di Bangkok tersebut bersama tiga produser yaitu Brad Oberhofer produser asal Amerika Serikat , Wisnu Ikhsantama, dan Iga Massardi.
Perdana Kerja Sama dengan Produser Luar Negeri
Spesial pada album ini, Reality Club berkolaborasi dengan produser asal Amerika Serikat yaitu Brad Oberhofer yang juga seorang musisi. Mereka pun tidak menyangka akan dapat berkolaborasi dengan produser luar. “Oberhofer tuh sekadar DM aja, terus dibalas dan responsnya positif banget,” ujar Fathia sang vokalis.
Mereka menceritakan bahwa mulai dari tiket pesawat, hotel, dan negosiasi dilakukan oleh para personel Reality Club sendiri karena sedang peralihan dari label lama ke manajemen baru.
Lagu untuk Sang Ayah
Dari 13 lagu di album ini, “Now I’m a Diplomat” merupakan sebuah lagu yang terinspirasi dari kisah nyata ayah vokalis, Fathia dan Faiz, yang ternyata seorang diplomat. “Now I’m a Diplomat” menjadi fokus track mereka pada saat perilisan album pada Rabu, 27 Agustus mendatang. ” Lagu ini kami buat bareng-bareng, tapi aku tulis untuk papa aku yang baru banget pensiun, dia adalah seorang diplomat tadinya dan aku sangat terinspirasi dari hidup beliau,” ujar Fathia.
Berangkat dari Indramayu dengan latar belakang sederhana, sang ayah berhasil membawa keluarganya ke berbagai belahan dunia. Kisah ini dituangkan dalam lagu yang penuh emosi, dihiasi instrumen tradisional Indonesia seperti gamelan, kecak, dan suling Sunda. Lagu ini bukan hanya sebagai penghormatan kepada sang ayah, tetapi juga berisi pesan inspiratif “Bagi siapa pun bisa dibawa hidup ke arah tak terduga.” Saat pertama kali diperdengarkan sebagai kado ulang tahun, sang ayah sangat terharu.

