Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah saham sektoral dinilai akan diuntungkan ketika Bank Indonesia melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter. Sepanjang 2025 ini, BI Rate telah turun 125 basis poin (bps). Bank Sentral memberi isyarat melanjutkan pelonggaran moneter tahun depan, usai dalam RDG Desember 2025 memutuskan menahan BI Rate di 4,75%.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) David Kurniawan menjelaskan terdapat sejumlah saham sektoral yang sensitif terhadap BI Rate, yakni properti, teknologi, infrastruktur, dan perbankan, Menurutnya, semuanya memiliki dinamika yang berbeda tergantung pada arah BI Rate.
“Jika BI Rate turun, saham sektor properti dan otomotif menjadi ‘pemenang’ utama. Penurunan bunga KPR/KPA akan meningkatkan daya beli masyarakat. Emiten dengan leverage [utang] tinggi akan mengalami penurunan beban bunga secara langsung, yang secara otomatis memperbaiki bottom line,” ujar David kepada Bisnis, Kamis (18/12/2025).
Kemudian, bagi saham emiten perbankan ketika BI rate dipangkas akan membuat Cost of Fund (CoF) turun lebih cepat daripada penyesuaian bunga kredit. David menilai hal ini akan memperlebar net interest margin (NIM) yang menjadi sentimen positif bagi investor asing untuk kembali masuk (inflow).
Berikutnya, untuk saham sektor teknologi penurunan suku bunga dapat menurunkan tingkat diskonto (discount rate) dalam model DCF, sehingga valuasi perusahaan growth seperti GOTO atau BUKA cenderung meningkat di mata investor. Menurutnya, saham sektor teknologi sangat bergantung pada valuasi masa depan.
Selanjutnya, bagi saham sektor infrastruktur/konstruksi, David menilai penurunan bunga 25-50 bps saja akan sangat signifikan untuk mengurangi beban keuangan, mengingat sektor ini memiliki rasio utang terhadap modal (DER) yang sangat besar.
Sementara itu, dalam skenario Bank Sentral akan mempertahankan BI Rate atau menaikkannnya tahun depan, David menilai saham sektoral sensitif suku bunga akan mengalami stagnasi harga.
“Investor akan cenderung menjauh dari saham dengan beban utang tinggi karena risiko gagal bayar atau tergerusnya laba oleh biaya bunga tetap membayangi,” tandasnya.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan pihaknya tetap memberi ruang pemangkasan suku bunga lanjutan melihat proyeksi inflasi yang tetap rendah dan terkendali di kisaran 2,5% plus minus 1%.
“Jadi ke depan kami terus mencermati ruang penurunan suku bunga, besarnya berapa, waktunya kapan, nanti kami akan evaluasi dari setiap Foreign Direct Investment (FDI) bulanan ke bulan berikutnya. Nanti kami sampaikan,” tutur Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desember 2025, Rabu (17/12/2025).
Hari ini Kamis (18/12), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup koreksi 0,68% atau 59,15 poin ke 8.618,19. Menilik kinerja sektoral, hanya indeks saham sektor keuangan (IDXFINANCE) dan sektor konsumer non-siklikal (IDXNONCYC) yang tumbuh positif, masing-masing naik 0,08% ke 1,17% dan 0,16% ke 794,55.
Sementara bagi saham sektoral lainnya yang sensitif terhadap BI Rate, IDXPROPERT (properti) turun 0,67% ke 1.190,73, IDXTECHNO (teknologi) turun 2,05% ke 10.113,70, dan IDXINFRA (infrastruktur) turun 2,09% ke 2.574,44.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

