Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh merefleksikan dua periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Dalam dua periode kepemimpinan tersebut, NasDem setia mendukung Jokowi.
Ia menyebut hubungan NasDem dengan Jokowi berjalan dengan baik. Namun, Paloh mengakui mereka juga kerap berbeda pendapat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Proses perjalanan hampir 10 tahun ini, kadang-kadang bisa tersenyum lebar, kadang-kadang kita harus termagu-magu, kadang-kadang kita harus bisa terhenyak duduk sedikit, memikirkan apa sebenarnya yang kurang dengan NasDem ini?” kata Paloh dalam pidatonya di pembukaan Kongres ke-III NasDem, Minggu (25/8).
Paloh mengatakan Jokowi dalam kepemimpinannya telah membentuk kemitraan yang setara alias equal partnership dengan NasDem.
Ia mengaku NasDem tak merasa dibatasi dalam berbicara selama kepemimpinan Jokowi.
Paloh mengakui mereka terkadang kerap berbeda pendapat. Ia menyebut itu merupakan hal yang lumrah dalam politik.
“Itulah dinamikanya, itulah artinya kenapa kita mempunyai suatu nilai dari perspektif pandangan untuk mencari kesamaan demi kesamaan, bukan perbedaan untuk berbeda,” ucapnya.
Paloh pun mengucapkan terima kasih kepada Jokowi. Ia merasa Jokowi telah memberikan banyak pelajaran politik yang berharga kepafa NasDem.
Ia menyatakan NasDem akan terus mendukung pemerintahan Jokowi hingga akhir jabatannya di Oktober 2024 mendatang.
“Di akhir masa bakti jabatannya, Presiden Jokowi akan tetap menjadi sahabat NasDem,” ucapnya.
Jokowi, dalam kesempatan yang sama, mengatakan hubungannya dengan Paloh juga berjalan baik dan dekat satu sama lain.
Ia mengakui mereka memang kerap berbeda pendapat. Keduanya pun saling mengerti bahwa hal itu lumrah dalam politik.
“Ketua partai yang banyak paling banyak bertemu dan berdiskusi dengan saya adalah Pak Surya Paloh. Partner diskusi politik saya yang paling banyak kami bertukar pikiran mengenai masa depan bangsa,” ucapnya.
Ia juga menyinggung pernah mencapai kesepakatan, hanya berselang sepekan, kesepakatan itu berubah.
Jokowi menyebut itu merupakan suatu hal yang lumrah dalam politik. Perbedaan merupakan suatu keniscayaan.
“Saya pernah salaman hari ini salaman, sepakat, lalu seminggu kemudian beda. Enggak apa-apa, saya kira sangat bagus,” kata Jokowi dalam pidatonya.
(mnf/dmi)