Jakarta, CNN Indonesia —
Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masaki Yasushi, buka-bukaan soal langkah pemerintah Jepang mengatasi resesi seks yang belakangan marak terjadi di Negeri Sakura.
Dalam press briefing pada Senin (25/3), Yasushi mengatakan pemerintah Jepang memberikan sejumlah subsidi bagi pasangan menikah, terutama yang hendak memiliki anak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Misalnya memberikan anggaran atau alokasi tunjangan untuk semua pasangan muda atau pasangan muda yang memiliki anak,” kata Yasushi di Kedutaan Besar Jepang, Jakarta.
Yasushi juga membeberkan pemerintah Jepang memberikan tunjangan bagi pasangan muda untuk digunakan sebagai biaya pendidikan anak.
Kebanyakan pasangan muda memang tak mau memiliki anak karena khawatir dengan tingginya biaya pendidikan di Jepang
Masalah inilah yang belakangan tengah digenjot pemerintah Jepang dengan memberikan tunjangan sebesar 15 ribu yen atau setara Rp1,5 juta tiap bulan bagi anak ketiga, yang jumlahnya digandakan menjadi 30 ribu yen atau Rp3,1 juta bagi anak berikutnya.
Kabinet Jepang bulan lalu juga telah menyetujui rancangan undang-undang untuk memperluas cakupan tunjangan bulanan anak bagi anak-anak usia sekolah menengah.
Berdasarkan skema tersebut, mulai Oktober 2024, hak anak untuk menerima 10 ribu yen atau Rp1 juta per bulan akan diperluas untuk anak-anak yang berusia antara 16 hingga 18 tahun.
“Pemerintah sekarang (juga) sedang berdiskusi untuk menggratiskan semua biaya pendidikan karena banyak pasangan yang memutuskan untuk tidak memiliki anak lantaran biaya pendidikan tersebut,” ujar Yasushi.
Pada 1973, bayi-bayi di Jepang mencapai 2,09 juta. Seiring waktu, angka tersebut turun menjadi kurang dari satu juta pada 2016 dan kurang dari 800 ribu pada 2022. Itu merupakan pertama kalinya jumlah kelahiran di Jepang menurun drastis.
(bac)