Amerika Serikat ketar-ketir menghadapi gelombang demonstrasi mendukung Palestina di kampus-kampus yang cepat meluas seperti tsunami.
Demonstrasi itu bermula dari Columbia University pada April lalu dan menjalar ke kampus lain. Pedemo menjalankan aksi damai dan banyak yang mendirikan perkemahan di area kampus.
Namun, demonstrasi ini diwarnai penangkapan massal dan tindak tegas bahkan kekerasan dari aparat kepolisian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan CNN, lebih dari 20 kampus di 16 negara bagian AS yang menggelar aksi bela Gaza.
Mengapa protes itu begitu cepat menjalar ke kampus di Negeri Paman Sam?
Profesor ilmu politik di Universitas California, Omar Wasow, membeberkan dari sisi teknis aksi bisa meluas.
Menurut dia salah satu cara memahami gerakan protes menyebar adalah “model tepuk tangan.” Wasow lantas membandingkan fenomena itu dengan menonton teater.
“[Dalam penonton teater] jika beberapa orang di depan berdiri, maka orang lain mulai berdiri, dan itu mengalir melalui auditorium,” ujar Wasow, dikutip New York Times pada April lalu.
Dia tak heran jika “tepuk tangan” dimulai dari Universitas Columbia. Kedekatan universitas tersebut dengan media nasional di New York dan sebagai institusi Ivy League menjadikan posisi kampus itu menonjol.
Universitas Columbia, lanjut Wasow, serupa dengan seseorang yang berada di barisan depan sebuah auditorium.
Dengan demikian, protes pro-Palestina di sana menarik perhatian lebih luas dibandingkan di tempat lain.
Selain itu, Universitas Columbia juga merupakan rumah bagi sejumlah besar mahasiswa Yahudi, banyak yang merasa takut terhadap serangan anti semit dari pengunjuk rasa.
Ekspresi ketakutan ini memicu lebih banyak liputan media dan pengawasan politik.
Pada 18 April, polisi menangkap lebih dari 100 pedemo di Universitas Columbia karena dianggap melanggar aturan. Aturan yang dimaksud adalah tak membongkar tenda meski ada perintah.
Penangkapan di Universitas Columbia lalu memicu demonstrasi di kampus lain.
“Konflik di sana kemudian berkontribusi ke kaskade besar ini, kampus-kampus lain ikut bergabung, dan media lain di seluruh negeri dan di seluruh dunia juga menaruh perhatian,” kata Wasow.
Bersambung ke halaman berikutnya…